Harga kontrak berjangka minyak Brent kembali naik di atas $82,5 per barel pada hari Rabu, memulihkan sebagian dari kerugian sesi sebelumnya. Hal ini terjadi karena ketegangan geopolitik yang meningkat di Timur Tengah terus menambah premi risiko pada harga minyak. Kelompok pemberontak Houthi di Yaman melaporkan bahwa mereka telah menargetkan dua kapal Amerika Serikat dengan rudal di Teluk Aden, menyebabkan gangguan pada jalur pelayaran di wilayah tersebut.
Sementara itu, investor sedang menunggu keputusan OPEC+ pada bulan Maret mengenai apakah akan memperpanjang pemangkasan produksi ke kuartal kedua. Namun, harga minyak turun hampir 2% pada hari Selasa, karena skenario suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka panjang dan ketidakpastian permintaan memberatkan pasar. Data inflasi AS yang lebih kuat dari yang diperkirakan juga memperkuat spekulasi bahwa Federal Reserve harus menjaga biaya pinjaman pada level yang tinggi.
Dalam laporan bulanannya, Badan Energi Internasional mencatat bahwa permintaan minyak global kehilangan momentum karena beralih ke energi terbarukan.
Sumber: Trading Economic