Alwy Assegaf
Futures minyak mentah WTI melonjak ke arah $79 per barel pada hari Selasa, memperpanjang kenaikan dari sesi sebelumnya. Peningkatan ini terjadi saat negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas mencapai titik mati, dengan Israel terus melakukan serangan udara di kota Gaza selatan, Rafah. Meskipun mediator mengusulkan rencana gencatan senjata pada hari Senin, Hamas menyetujui sementara Israel menolaknya, dengan alasan ketidakmemenuhi permintaannya. Ketegangan yang berlangsung di Timur Tengah telah menguatkan harga minyak amid kekhawatiran bahwa hal tersebut dapat mengganggu pasokan minyak dari wilayah tersebut.
Di sisi permintaan, Arab Saudi telah memutuskan untuk menaikkan harga jual resmi untuk minyaknya yang dijual ke Asia, Eropa Barat Laut, dan Mediterania pada bulan Juni. Keputusan ini didukung oleh prospek permintaan yang kuat yang diantisipasi untuk musim panas. Meskipun demikian, harga minyak tetap berada di dekat level terendah dua bulan, karena investor tetap berpegang pada harapan untuk penyelesaian damai di Timur Tengah. Selain itu, pasar sedang berjuang dengan beratnya pasokan minyak mentah AS yang kuat, yang memberi tekanan ke bawah pada harga.
Selain itu, faktor teknikal juga memberi dukungan ke harga, di saat Hamas mengumumkan penerimaan proposal gencatan senjata yang disusun oleh Qatar dan Mesir. Futures West Texas Intermediate (WTI) memangkas kenaikan sebelumnya tetapi tetap di atas $78 per barel, menyusul berita tentang proposal yang dibagikan di saluran telegram Hamas. Sementara Channel 12 Israel melaporkan bahwa Israel sedang meninjau proposal tersebut, belum ada komentar resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah Israel secara langsung. Trader menyatakan bahwa jika proposal tersebut diterima, harga minyak bisa turun sebesar $2 hingga $3 per barel.
Sumber: Trading Economic, Bloomberg
Kepoin Trading
Fadhil
