Harga minyak turun meskipun ketegangan di Timur Tengah meningkat, setelah Israel mengirim pasukan darat ke Jalur Gaza, yang memunculkan kekhawatiran di kawasan tersebut. Investor juga memantau rapat kebijakan moneter Federal Reserve AS yang akan digelar pekan ini.
Meskipun ada eskalasi konflik di kawasan, harga minyak menurun. Harga patokan global, Brent, turun sebesar 1,06% menjadi $89,52 per barel. Sedangkan kontrak berjangka minyak mentah AS West Texas Intermediate terakhir turun sebesar 1,16% menjadi $84,55 per barel.
Bob McNally, presiden Rapidan Energy Group, menyampaikan bahwa pasar tampaknya sudah memperhitungkan masuknya pasukan ke Gaza pada Jumat dan saat ini lebih cenderung melakukan aksi jual. Dia menekankan bahwa operasi darat yang dilakukan “hingga saat ini terbatas” dan memperhatikan kekhawatiran makroekonomi lainnya.
Sementara itu, perkiraan yang kuat terhadap kebijakan moneter Federal Reserve AS adalah tetap mempertahankan suku bunga saat pertemuan dua hari mereka pada Rabu. Ini setelah pertumbuhan ekonomi AS yang lebih cepat dari yang diharapkan sebesar 4,9% secara tahunan di kuartal ketiga.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut bahwa Israel telah memasuki fase kedua perang, dan mengantisipasi bahwa ini akan menjadi periode yang “panjang dan sulit” karena negara tersebut memperluas operasi darat di Jalur Gaza.
Harga minyak melonjak pada Jumat lalu ketika Brent naik di atas $90 per barel setelah Israel mengumumkan pasukan mereka sedang “memperluas operasi darat” di Gaza untuk membasmi kelompok militan Hamas.
McNally menyatakan bahwa meskipun gangguan besar terhadap pasokan minyak bukan skenario utama, pasar minyak tampaknya kurang memperhatikan kemungkinan besar adanya serangan darat Israel yang signifikan di Gaza, serta risiko perang regional yang lebih luas.
Dampak eskalasi perang meningkatkan risiko gangguan pasokan yang telah menggantung sejak serangan Hamas. Sekelompok riset dari Australia dan Selandia Baru memprediksi bahwa pasar kemungkinan akan menambahkan premi risiko lebih lanjut menyusul perkembangan terbaru.
Sementara kontrak berjangka minyak mentah AS naik hanya sebesar 3,3% sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, potensi terjadinya konflik yang lebih meluas terus membuat pasar dalam keadaan tegang.
Walaupun Israel dan wilayah Palestina bukan pemain besar dalam industri minyak, konflik ini terjadi di wilayah kunci penghasil minyak, sehingga muncul kekhawatiran bahwa perang dapat meluas di luar Gaza. Pada hari Minggu, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan menyatakan bahwa AS melihat “risiko yang meningkat” bahwa konflik akan merambat ke bagian lain di wilayah Timur Tengah.
Sumber: CNBC.