Preview Inflasi AS Mei 2025: Risiko Reflasi

Analisa Valas - Kepoin Trading

Market Summary

Menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (US CPI) untuk bulan Mei, pasar keuangan global tengah berada dalam kondisi menahan napas. Perhatian investor kini tertuju pada seberapa besar tekanan harga yang kembali meningkat, serta dampaknya terhadap kebijakan suku bunga The Fed dan pergerakan pasar keuangan secara keseluruhan.


Inflasi Diperkirakan Meningkat: Core CPI Sentuh Level Tertinggi Tiga Bulan

Menurut konsensus analis, Indeks Harga Konsumen (CPI) utama untuk Mei 2025 diperkirakan naik menjadi 2,5% secara tahunan. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan 2,3% pada April. Sementara itu, CPI inti (core CPI)—yang tidak mencakup harga pangan dan energi yang volatil—diproyeksikan naik ke 2,9%. Ini merupakan level tertinggi dalam tiga bulan terakhir.

Peningkatan tersebut menjadi sinyal awal bahwa tekanan harga mulai muncul kembali. Sebelumnya, data CPI menunjukkan inflasi yang lebih “normal”. Lonjakan ini juga didorong oleh data PPI dan survei PMI, yang mengindikasikan kenaikan harga input di sektor jasa dan manufaktur.


Risiko Reflasi dan Penundaan Pemotongan Suku Bunga The Fed

Kombinasi antara lonjakan harga jasa dan efek lanjutan dari tarif perdagangan tampaknya memberi sinyal risiko reflasi. Ini adalah kondisi di mana harga-harga meningkat kembali setelah periode inflasi rendah. Jika risiko ini terealisasi, maka harapan pasar terhadap pemotongan suku bunga oleh The Fed pada paruh kedua 2025 bisa tertunda.

Saat ini, pasar memperkirakan setidaknya satu pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) sebelum Oktober. Namun, data CPI yang lebih tinggi dari perkiraan dapat membuat Federal Reserve tetap bertahan dengan suku bunga saat ini lebih lama. Hal ini dapat meredam sentimen risiko dan mendorong pergerakan aset safe haven seperti obligasi dan emas.


Dampak Kebijakan Tarif Terhadap Inflasi Konsumen

Data CPI bulan Mei menjadi penentu untuk melihat dampak tarif yang diumumkan Presiden Trump. Meskipun beberapa negara menunda tarif balasan, pemerintah tetap menerapkan tarif dasar sebesar 10%. Tarif terhadap barang dari China masih tinggi, dengan tingkat efektif mencapai 30%.

Tim ekonomi Wells Fargo memperkirakan data inflasi kali ini akan menunjukkan seberapa cepat dan besar tarif memengaruhi harga yang dibayar konsumen. Mereka memprediksi kenaikan yang moderat pada CPI inti, sejalan dengan proyeksi kenaikan bulanan sekitar 0,3%.


Proyeksi Inflasi Bulanan dan Risiko Ke Depan

Analis dari Goldman Sachs dan BNP Paribas memperkirakan kenaikan lebih tinggi pada inflasi bulanan dalam beberapa bulan mendatang, terutama karena kenaikan harga barang inti (core goods). BNP bahkan memperkirakan Mei bisa menjadi bulan dengan kenaikan bulanan CPI inti tertinggi sejak kuartal kedua 2023.

Namun, ketidakpastian masih tinggi. Banyak perusahaan masih memilih menunda kenaikan harga karena pendekatan kebijakan tarif yang tidak konsisten dari pemerintahan saat ini. Hal ini menciptakan risiko inflasi yang bisa muncul lebih lambat tetapi dengan dampak yang lebih bertahan lama.


Implikasi untuk Pasar: Saham dan Dolar AS Dalam Tekanan

Jika data CPI menunjukkan angka lebih panas dari perkiraan, pasar saham dan dolar AS kemungkinan akan tertekan. Investor bisa mengantisipasi bahwa suku bunga tetap tinggi lebih lama, yang mengurangi minat terhadap aset berisiko. Sebaliknya, investor cenderung membeli emas dan obligasi jangka panjang karena menganggapnya lebih aman di tengah ketidakpastian inflasi dan suku bunga.

Sementara itu, data ini juga akan menjadi pertimbangan penting bagi Federal Reserve dalam pertemuan kebijakan berikutnya. Pasar masih berharap The Fed akan bersikap dovish, tetapi realitas data inflasi bisa memaksa perubahan pandangan dalam beberapa bulan ke depan.


Kesimpulan: CPI Mei Jadi Penentu Arah Ekonomi AS

Data inflasi bulan Mei akan menjadi indikator kunci bagi arah kebijakan moneter AS ke depan. Dengan tekanan harga yang kembali naik, serta ketidakpastian terkait dampak tarif dan tren ekonomi global, pasar perlu bersiap menghadapi potensi volatilitas tinggi dalam waktu dekat.

Rilis CPI ini tidak hanya akan memengaruhi keputusan suku bunga, tetapi juga arah dari berbagai aset finansial seperti saham, dolar AS, hingga komoditas. Bagi trader dan investor, saatnya untuk memantau data ini dengan seksama sebagai panduan strategi ke depan.

Baca juga: Outlook Pasar: Inflasi, The Fed, & Drama Tesla

Siap Raih Cuan dari Trading Forex?
Gabung sekarang dan rasakan pengalaman trading di broker rsemi dan terpercaya di Indonesia!

Mulai Trading di TPFX Sekarang