Pasar Keuangan Tertekan Akibat Memanasnya Perang Dagang AS-Tiongkok

Pada hari Jumat, pasar kripto dan saham global mengalami tekanan signifikan seiring meningkatnya tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Harga Bitcoin merosot ke angka $82.000, menghapus sebagian keuntungan yang sebelumnya dicapai di pasar Asia dan Eropa. Ethereum juga turun di bawah $1.800, sementara total kapitalisasi pasar kripto menyusut menjadi $2,64 triliun.

Di sisi lain, pasar saham menunjukkan penurunan yang bahkan lebih tajam. Kontrak berjangka untuk indeks-indeks utama AS seperti Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq 100, anjlok lebih dari 3%. Penurunan ini mendorong ketiga indeks tersebut masuk ke wilayah koreksi, menandakan tren penurunan yang serius dalam jangka pendek.

Langkah Balasan Tiongkok Memicu Kekhawatiran Global

Penurunan di pasar ini dipicu oleh respons keras dari Tiongkok terhadap kebijakan tarif baru dari pemerintahan Donald Trump. Beijing mengumumkan tarif balasan sebesar 34% untuk semua barang impor dari AS. Tak hanya itu, Tiongkok juga akan membatasi ekspor mineral tanah jarang, menghentikan impor sorgum dari perusahaan AS, serta menambahkan 11 perusahaan Amerika ke dalam daftar entitas yang dianggap tidak dapat dipercaya.

Langkah-langkah ini menjadi bentuk balasan paling tegas terhadap kebijakan tarif Trump yang diumumkan saat “Hari Pembebasan”. Negara-negara lain, terutama dari Eropa, mulai menyerukan dialog guna mencegah eskalasi perang dagang yang lebih luas.

Sementara itu, Presiden Trump dan pejabat tinggi lainnya memperingatkan bahwa AS akan menerapkan tarif balasan terhadap negara mana pun yang melakukan retaliasi. Mereka mendesak negara-negara mitra dagang untuk menurunkan hambatan tarif dan non-tarif.

Kekhawatiran Resesi Meningkat, Sentimen Pasar Memburuk

Ketegangan perdagangan yang semakin parah mendorong kekhawatiran resesi global. Data dari Polymarket menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya resesi kini mencapai 56%. Lembaga keuangan besar seperti Goldman Sachs dan PIMCO juga ikut menaikkan proyeksi risiko resesi mereka.

Kondisi ini mendorong sentimen pasar ke level ekstrem. Indeks Fear and Greed milik CNN Money turun ke angka 6 — level terendah sejak awal pandemi COVID-19. Kecemasan investor semakin dalam setelah Bill Gross, miliarder sekaligus mantan “Raja Obligasi”, memperingatkan agar tidak mencoba membeli saat harga jatuh. Ia menyamakan kondisi ekonomi saat ini dengan peristiwa besar tahun 1971 ketika sistem standar emas dihentikan, namun kali ini dengan dampak negatif yang langsung terasa.

Data Tenaga Kerja AS Tambah Tekanan

Tambahan tekanan datang dari rilis data ketenagakerjaan AS. Laporan nonfarm payroll (NFP) terbaru menunjukkan bahwa tingkat pengangguran naik menjadi 4,2% pada Maret, dari sebelumnya 4,1% di Februari. Meski total pekerjaan bertambah 228.000 — lebih tinggi dari proyeksi analis sebesar 137.000 — sektor manufaktur yang menjadi fokus proteksi tarif Trump hanya menyumbang 1.000 pekerjaan baru.

Namun begitu, data ini diperkirakan tidak akan mengubah sikap Federal Reserve yang masih berfokus pada pengendalian inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Di pasar obligasi, ekspektasi akan pemangkasan suku bunga mulai menguat. Imbal hasil obligasi 10 tahun turun ke 3,89%, sedangkan obligasi 30 tahun dan 2 tahun masing-masing berada di 4,38% dan 3,5%.

Jika The Fed benar-benar menurunkan suku bunga, hal ini bisa menjadi angin segar bagi pasar kripto dan saham yang tengah terpukul.

Jangan lewatkan berita pasar lainnya di sini

Sumber: Crypto.News

[smartslider3 slider=”2″]