Gejolak Pasar: Wall Street Merosot, Eropa Bangkit di Tengah Ketidakpastian

Pasar saham di Wall Street ditutup melemah pada Jumat, sementara bursa Eropa sedikit menguat di tengah ketidakpastian terkait kebijakan Presiden AS Donald Trump. Kebijakan-kebijakan Trump, termasuk pemangkasan anggaran dan tarif impor, serta pemilu yang akan datang di Jerman, turut mempengaruhi sentimen investor. Di sisi lain, harga minyak turun lebih dari 2%, sementara harga emas sedikit melemah dari rekor tertingginya.

Sejak kembali ke Gedung Putih bulan lalu, Trump telah memberlakukan tarif pada beberapa mitra dagang utama AS dan meluncurkan kebijakan pemangkasan tenaga kerja federal yang berjumlah sekitar 2,3 juta orang. Perubahan kebijakan yang cepat ini menimbulkan ketidakpastian di pasar. Menurut Joshua Wein, manajer portofolio di Hennessy Funds, pasar memang sudah memperkirakan adanya pemotongan anggaran dan pengurangan tenaga kerja, tetapi kecepatan pelaksanaannya menciptakan ketidakpastian baru yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Data ekonomi yang dirilis pada Jumat menunjukkan bahwa aktivitas bisnis di AS turun ke level terendah dalam 17 bulan terakhir. Hal ini mencerminkan meningkatnya kekhawatiran di kalangan pelaku usaha dan konsumen terhadap kebijakan pemerintahan Trump.

Indeks utama di Wall Street, yaitu S&P 500, Dow Jones Industrial Average, dan Nasdaq Composite, semuanya ditutup melemah. Sektor industri, barang konsumsi, teknologi, dan energi mengalami tekanan yang signifikan, menyebabkan ketiga indeks tersebut mencatatkan penurunan sepanjang pekan.

Di Eropa, pasar saham mengalami volatilitas sepanjang minggu menjelang pemilu Jerman yang dijadwalkan pada Minggu. Indeks Stoxx 600 berhasil naik 0,52% setelah mengalami penurunan selama dua hari sebelumnya dan mengakhiri pekan dengan kenaikan sebesar 0,26%. Sementara itu, indeks Dow Jones turun 1,69% ke level 43.428,02, S&P 500 melemah 1,71% ke 6.013,13, dan Nasdaq turun 2,20% ke 19.524,01. Indeks global MSCI juga melemah 1,03% ke 874,59 dan mengalami penurunan 1,09% sepanjang minggu.

Di Asia, indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang mencatatkan kenaikan 1,35%, mencapai level tertinggi sejak 8 November dan mengakhiri pekan dengan kenaikan 1,47%.

Sementara itu, beberapa pejabat Federal Reserve, termasuk Gubernur Fed Adriana Kugler dan Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic, mengindikasikan bahwa penurunan inflasi di AS akan memungkinkan bank sentral untuk kembali memangkas suku bunga di masa mendatang. Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun 7,2 basis poin menjadi 4,427%.

Di pasar mata uang, dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang utama, meskipun sempat melemah terhadap yen Jepang. Euro tergelincir setelah data aktivitas bisnis di Prancis menunjukkan kontraksi tajam, sementara Jerman hanya mencatatkan perbaikan kecil. Yen menguat 0,31% ke 149,14 per dolar, sementara dolar menguat 0,07% terhadap franc Swiss ke 0,897. Indeks dolar, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang mata uang, naik 0,25% ke 106,62, dengan euro turun 0,38% menjadi $1,046.

Harga minyak mentah turun lebih dari 2% akibat gangguan pasokan di Rusia dan meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, sementara ketidakpastian mengenai kesepakatan damai di Ukraina masih berlanjut. Minyak mentah Brent turun 2,68% menjadi $74,43 per barel, sedangkan minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) turun 2,87% menjadi $70,40 per barel.

Harga emas juga mengalami pelemahan setelah mencapai rekor tertingginya pada sesi sebelumnya, karena investor mulai mengambil keuntungan. Emas spot turun 0,16% menjadi $2.934,10 per ons, sementara kontrak emas berjangka AS ditutup turun 0,1% ke $2.953,20 per ons.

Jangan Sampai Ketinggalan! Klik untuk Berita Terbaru

Sumber Reuters