Harga minyak naik sedikit dalam perdagangan Asia pada Kamis setelah perusahaan minyak negara Saudi Arabia menaikkan harga minyak untuk Maret secara signifikan. Namun, kenaikan ini hanya memberikan dampak kecil pada penurunan tajam harga Brent yang terjadi sehari sebelumnya.
Pada pukul 07.40 GMT, kontrak berjangka Brent naik 15 sen menjadi $74,76 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat naik 20 sen menjadi $71,23 per barel. Sebelumnya, pada Rabu, harga minyak turun lebih dari 2% karena peningkatan besar dalam persediaan minyak mentah dan bensin AS yang menandakan lemahnya permintaan. Penurunan juga dipicu oleh kekhawatiran investor terkait dampak tarif baru dalam perdagangan AS-China, termasuk tarif pada produk energi.
Sejak mencapai puncaknya pada 15 Januari 2025, harga minyak telah anjlok sekitar 10%. Para analis memprediksi pasar akan tetap bergejolak dalam beberapa minggu mendatang, dengan banyak pihak berusaha menilai dampak kebijakan baru Presiden Donald Trump, terutama terkait langkah tarifnya.
Langkah Saudi Arabia untuk menaikkan harga minyak bagi pembeli Asia sedikit meredam aksi jual pada Rabu malam. Beberapa trader mulai melakukan aksi beli untuk menutup posisi jual mereka, terutama menjelang level support yang kuat di kisaran $70 hingga $68 per barel.
Sanksi baru Amerika Serikat terhadap perdagangan minyak Rusia, yang menargetkan kapal-kapal yang diduga digunakan untuk menghindari blokade perdagangan, juga menjadi faktor yang memengaruhi dinamika pasar. Kebijakan tarif baru terhadap China, meskipun tidak sekeras ancaman selama kampanye Trump, menambah ketidakpastian.
Sebagai respons, China telah memberlakukan tarif pada impor minyak, gas alam cair, dan batu bara dari Amerika Serikat. Namun, dampaknya terhadap pasar global terbatas karena volume pembelian energi China dari AS relatif kecil.
Meskipun beberapa langkah tarif dapat memberikan tekanan ke atas pada harga minyak, dampak bersihnya diperkirakan akan bearish. Hal ini disebabkan oleh potensi dampak negatif terhadap perekonomian global dan fleksibilitas kebijakan Trump yang cenderung memberikan pengecualian pada sektor energi untuk mengurangi gangguan pasokan.
Kondisi pasar yang penuh ketidakpastian ini diperkirakan akan terus mendorong volatilitas harga minyak dalam waktu dekat.
Sumber: Reuters
Lebih banyak berita, BACA DI SINI

