Dalam kaitannya dengan antisipasi pidato Ketua Federal Reserve (Fed), Jerome Powell, di Simposium Kebijakan Ekonomi Jackson Hole, dolar mengalami penguatan yang merata di berbagai wilayah. Investor sedang menantikan pidato Powell yang dijadwalkan pada hari Jumat, dimana pidato tersebut diharapkan memberikan petunjuk terkait kebijakan moneter yang akan diambil oleh Fed. Pertanyaan mengenai apakah era kenaikan suku bunga sudah berakhir dan berapa lama suku bunga akan tetap tinggi menjadi sorotan utama.
Beberapa pengamat berpendapat bahwa reaksi pasar saat ini adalah hasil dari penyesuaian posisi sebelum acara Jackson Hole. Stuart Cole, seorang ekonom makro di Equiti Capital London, mengatakan bahwa banyak pihak yang melakukan penyesuaian posisi karena ketidakpastian mengenai isi pidato Powell. Oleh karena itu, dolar Amerika Serikat (USD) menjadi pilihan utama bagi investor dalam menghadapi ketidakpastian ini.
Dalam konteks ini, ada juga dua pejabat Federal Reserve, yaitu Patrick Harker dari Federal Reserve Philadelphia dan Susan Collins dari Federal Reserve Boston, yang secara hati-hati menyambut kenaikan imbal hasil di pasar obligasi. Mereka melihat kenaikan ini sebagai sesuatu yang dapat mendukung upaya Fed dalam mengendalikan pertumbuhan ekonomi dan mengembalikan inflasi ke target 2%. Di samping itu, mereka juga menilai kemungkinan besar bahwa tidak akan ada kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Sementara itu,, data terbaru mengenai klaim tunjangan pengangguran di AS menunjukkan adanya penurunan. Meskipun demikian, pasar lebih tertarik pada acara Jackson Hole sebagai fokus utama. Meski angka klaim pengangguran tidak seburuk yang dikhawatirkan, reaksi pasar terhadap data tersebut cenderung terbatas.
Indeks dolar AS, yang mengukur nilai dolar terhadap enam mata uang utama lainnya, mengalami kenaikan sebesar 0,63% dan mencapai level tertinggi sejak Juni, yakni 103,99.
Selain itu, adanya data yang lebih lemah dari perkiraan di Eropa dan AS selama minggu ini juga telah berdampak pada minat investor terhadap mata uang-mata uang berisiko, dan hal ini mendukung penguatan dolar sebagai aset yang dianggap aman (safe haven).
Di tempat lain, lira Turki mengalami penguatan dan mencapai level tertinggi dalam dua bulan terhadap dolar. Penguatan ini terjadi setelah bank sentral Turki menaikkan suku bunga dari 17,5% menjadi 25%, melebihi ekspektasi pasar. Kenaikan suku bunga ini merupakan bagian dari siklus ketat yang dimulai oleh bank sentral Turki pada bulan Juni.
Di Inggris, poundsterling melemah terhadap dolar dan euro setelah data menunjukkan adanya kontraksi dalam aktivitas ekonomi pada bulan Agustus. Hal ini membuat pasar mengurangi harapan terhadap kenaikan suku bunga lebih lanjut dari Bank of England (BoE). Mata uang Inggris turun sebesar 1,03% menjadi $1,26085, mencapai level terendah dalam hampir dua bulan. Produksi pabrik yang menurun telah membawa ekonomi Inggris berpotensi menuju resesi.
Sementara itu, mata uang yen tetap tertekan karena para trader memperhatikan apakah pemerintah Jepang akan campur tangan dalam mempertahankan nilai mata uang yen, seperti yang dilakukan tahun sebelumnya. Dolar mengalami kenaikan sebesar 0,7% terhadap yen, mendekati level tertinggi dalam sembilan bulan yang dicapai minggu sebelumnya, yaitu 146,565.
Tertarik trading Forex, yuk Pilih Broker
Disclaimer: Informasi terkait yang dikemukakan oleh Kepoin Trading berasal dari berbagai sumber terpercaya dan aktual. Semua informasi dan data yang dipakai dalam website ini, bukanlah merupakan anjuran / rekomendasi untuk membeli / menjual instrumen forex, saham, kripto ataupun komoditas. Kami tidak bertanggung jawab atas tingkat akurasi dan kerugian dan penyalahgunaan informasi yang telah disajikan. Semua saran dan transaksi tidak mengikat.