Cyber Week AS dan Risiko Penurunan Belanja: Apa yang Terjadi?
Cyber Week AS dan risiko penurunan belanja menjadi sorotan tahun ini karena data menunjukkan kombinasi antara rekor penjualan dan melemahnya kondisi finansial konsumen. Musim belanja liburan memang dimulai kuat, tetapi banyak indikator memberi sinyal bahwa daya beli masyarakat rentan menurun pada bulan-bulan berikutnya.
Rekor Penjualan Tinggi, Tapi Sentimen Konsumen Turun
Penjualan online selama Cyber Week menembus $44,2 miliar, menurut Adobe Analytics. Angka ini memecahkan rekor dan menunjukkan minat kuat terhadap diskon besar. Namun, kepercayaan konsumen justru melemah pada November, menjadi sinyal awal bahwa kekuatan belanja tidak sepenuhnya solid.
John Mercer dari Coresight mengatakan rekor ini perlu dilihat lebih hati-hati. Biaya hidup naik, sebagian karena tarif, dan sepanjang tahun ini kelompok ekonomi menengah ke bawah belum pulih sepenuhnya. Sementara itu, segmen konsumen berpenghasilan tinggi menjadi penyangga utama penjualan retail.
Konsumen Berhemat: Impulse Buying Turun dan BNPL Naik
Meski penjualan naik, pola belanja berubah ke arah lebih hemat. Konsumen di Target dan Walmart mengurangi pembelian spontan. Adobe juga mencatat peningkatan penggunaan layanan buy-now-pay-later, yang menunjukkan ketegangan pada cash flow rumah tangga.
Retail besar seperti Amazon bahkan memberi diskon pada barang kebutuhan pokok, mulai dari baterai hingga perlengkapan rumah tangga. Menurut NielsenIQ, hal ini menandakan konsumen berburu harga termurah agar kebutuhan dasar tetap terpenuhi.
Survei Kantar menunjukkan empat poin penurunan dalam jumlah orang yang merasa mampu membeli kebutuhan sehari-hari. Walau masih lebih baik dibanding 2023, tren turun ini mengindikasikan tekanan ekonomi meningkat.
Tarif Memengaruhi Keputusan Belanja
Dalam survei CivicScience, lebih dari dua pertiga calon pembeli mengatakan tarif memengaruhi strategi belanja mereka. Sebagian memilih beli lebih awal, sementara yang lain mengurangi jumlah barang yang dibeli.
Diskon besar selama Cyber Week menjadi cara retailer menutup celah antara kecemasan konsumen dan kapasitas belanja yang melemah. Analis Wharton, Kent Smetters, menyebutnya sebagai upaya mendorong konsumen tetap aktif berbelanja di tengah ketidakpastian.
Tekanan Setelah Liburan: Konsumen Bisa Menahan Belanja
Julie Craig dari Kantar menyebut kondisi saat ini bukan tanda resesi, tetapi menggambarkan “erosi perlahan” kesehatan finansial keluarga. Banyak rumah tangga tidak memiliki cukup tabungan untuk menghadapi keadaan darurat.
RBC juga mencatat konsumen kelas menengah dan bawah mulai “kehabisan tenaga.” Belanja ritel stagnan setelah periode front-loading menjelang kenaikan tarif.
Potensi penurunan belanja diperkirakan terasa setelah musim liburan berakhir. Tekanan yang akan muncul meliputi:
- Tarif baru yang mulai aktif,
- Dampak shutdown pemerintah,
- Jeda bantuan SNAP,
- Risiko PHK setelah awal tahun.
Konsumen diperkirakan akan belanja dalam pola “burst, lalu berhenti,” sebagai cara menyeimbangkan pengeluaran.
PHK Setelah Liburan Bisa Menambah Tekanan
Marshal Cohen dari Circana mengingatkan bahwa PHK jarang terjadi menjelang liburan, tetapi meningkat setelahnya. Bila tren ini berulang, belanja ritel bisa mendapat tekanan tambahan pada kuartal pertama.
Sementara itu, strategi belanja konsumen semakin beralih ke toko diskon dan produk dengan harga lebih rendah. Mereka semakin selektif dan memprioritaskan barang esensial daripada barang hiburan atau gaya hidup.
Masih Ada Sisi Optimis dari Dunia Retail
Meski banyak indikator melemah, Mark Mathews dari National Retail Federation tetap positif. Ia mengatakan sentimen konsumen sering tidak sejalan dengan perilaku belanja. Bahkan ketika sentimen turun, belanja tidak berhenti, hanya berubah pola.
Konsumen tetap berbelanja, tetapi lebih cerdas: mencari diskon besar, memilih toko yang lebih murah, dan menekan pengeluaran untuk kategori non-prioritas.
Kesimpulan: Rekor Belanja Tidak Selalu Berarti Ekonomi Kuat
Fenomena Cyber Week AS dan risiko penurunan belanja memperlihatkan dinamika unik: rekor penjualan online tetapi disertai banyak tanda pelemahan keuangan rumah tangga. Konsumen tetap aktif, tetapi menggunakan strategi hemat agresif. Dengan tekanan baru di awal tahun, retailer harus siap menghadapi kemungkinan perlambatan belanja.
Baca juga: Sentimen Melemah Tekan Bitcoin dan Saham Kripto
Sumber: Yahoo Finance
