Bitcoin dan Tekanan Harga Saat Ini
Masalah besar Bitcoin kembali menjadi sorotan setelah harga BTC jatuh lebih dari 30% dari rekor tertinggi Oktober di level $126.000. Masalah ini membuat momentum bullish melemah karena tekanan jual datang dari berbagai sisi. Saat harga masih bertahan di atas $88.000, banyak tanda menunjukkan bahwa pemulihan belum terlihat. Anjloknya Bitcoin ini kini menjadi perhatian utama investor yang ingin memahami penyebab koreksi tajam tersebut.
1. Outflow ETF Meningkat dan Kurangnya Aliran Modal Baru
Salah satu pemicu terbesar penurunan Bitcoin adalah arus keluar ETF yang mencapai $3,5 miliar sepanjang November—level tertinggi sejak Februari. Menurut Markus Thielen dari 10X Research, ETF telah berubah menjadi penjual bersih, yang berarti investor institusi mulai menahan alokasi mereka.
Selama ETF terus menjual, pasar akan kesulitan pulih karena tekanan suplai meningkat. Selain itu, aktivitas pencetakan stablecoin ikut melambat. Data menunjukkan sekitar $800 juta keluar dari pasar kripto menuju fiat hanya dalam satu minggu. Ini menandakan likuiditas tidak tinggal di ekosistem kripto.
Stablecoin sebenarnya menjadi tempat berlindung saat volatilitas tinggi, namun kini total kapitalisasi pasarnya justru turun $4,6 miliar sejak 1 November. Arus keluar ini membuktikan bahwa uang tidak hanya berhenti masuk, tetapi juga meninggalkan pasar secara aktif.
2. Sentimen Makro Bertentangan dan Rebound yang Tidak Kuat
Komentar dovish dari Federal Reserve memang sempat mengangkat harga Bitcoin. Namun sentimen tersebut dianggap hanya memicu rebound jangka pendek. Thielen memperkirakan kenaikan ini akan memudar menjelang FOMC 9 Desember karena potongan suku bunga kemungkinan bersifat hawkish.
Bitcoin juga belum pulih sejak peristiwa likuidasi besar pada 10 Oktober yang menghapus $19 miliar dalam sehari. Ketakutan ekstrem di pasar menghambat potensi pemulihan berbentuk V. Dengan masuknya volatilitas baru yang tidak stabil, prospek jangka menengah masih penuh ketidakpastian.
3. Aksi Jual dari Holder Jangka Panjang (OG) dan Siklus Halving
Tantangan ketiga datang dari penjualan oleh holder jangka panjang. Investor lama yang pernah bertahan di setiap siklus kini mulai menjual aset mereka. Nicolai Søndergaard dari Nansen menjelaskan bahwa banyak “OG” mengambil keputusan menggunakan keuntungan mereka setelah memegang Bitcoin selama bertahun-tahun.
Fenomena ini muncul di tengah penurunan kepercayaan terhadap pola empat tahunan halving. Meskipun siklus historis biasanya memicu reli besar, banyak investor kini meragukan apakah pola tersebut akan terulang.
Dampak Penurunan pada Pasar Kripto Lebih Luas
Koreksi Bitcoin berdampak besar pada pasar kripto secara keseluruhan. Total kapitalisasi pasar kripto turun dari $4,28 triliun menjadi $2,99 triliun, anjlok lebih dari 30%. Ethereum turun 38%, dan Solana melemah lebih dari 40% sejak awal Oktober.
Bahkan perusahaan besar seperti Strategy (MSTR) yang biasanya aktif membeli Bitcoin tidak melakukan pembelian mingguan seperti biasanya. Banyak perusahaan lain yang melakukan strategi aset digital (DAT) kini berada dalam posisi rugi.
Sementara itu, saham penambang seperti IREN, Riot, dan MARA juga terkoreksi lebih dari 30% meski sudah melakukan diversifikasi ke sektor AI.
Kesimpulan: Pemulihan Mungkin Tidak Semudah Yang Dibayangkan
Tekanan dari outflow ETF, melemahnya stablecoin, sentimen makro yang rapuh, dan aksi jual holder lama menjadi kombinasi yang membuat pemulihan Bitcoin semakin berat. Para analis menilai bahwa kenaikan saat ini bersifat teknikal dan belum mencerminkan perubahan fundamental yang kuat.
Bagi investor, memahami konteks ini penting agar keputusan trading dan investasi tetap rasional di tengah kondisi pasar yang masih penuh ketidakpastian.
Disclaimer
Tulisan ini hanya untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan saran investasi. Selalu lakukan riset mandiri sebelum mengambil keputusan finansial.
Baca juga: Bitcoin Crash 2025: Drama Besar di Balik Kejatuhan Harga
Sumber: Yahoo Finance
