Harga Emas Turun Tajam Setelah Reli Panjang
Harga emas turun tajam setelah mengalami kenaikan pesat selama beberapa minggu terakhir. Logam mulia tersebut jatuh hingga mendekati $4.090 per ons, setelah sempat jatuh 6,3% dalam satu sesi — penurunan harian terbesar dalam lebih dari 12 tahun. Investor mengambil untung karena khawatir lonjakan cepat pada logam mulia membuatnya menjadi terlalu mahal.
Perak juga ikut melemah setelah sempat anjlok 8,7% pada Selasa lalu. Penurunan ini menandakan potensi koreksi teknikal setelah indikator menunjukkan bahwa reli keduanya sudah terlalu jenuh.
Koreksi Pasar Setelah Kenaikan Agresif
Koreksi tajam ini menghentikan laju kenaikan cepat yang terjadi sejak pertengahan Agustus. Reli emas sebelumnya didorong oleh debasement trade, di mana investor menghindari obligasi dan mata uang negara untuk melindungi aset dari defisit anggaran besar. Selain itu, spekulasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga besar-besaran tahun ini juga menjadi pendorong utama.
Meski harga emas turun, logam mulia ini masih mencatat kenaikan hampir 60% sepanjang tahun. “Banyak investor memilih ambil untung karena merasa sudah saatnya,” kata Nicholas Frappell, Kepala Pasar Institusional di ABC Refinery Sydney.
Faktor Geopolitik dan Aksi Bank Sentral
Kenaikan emas sebelumnya juga didorong oleh kebijakan agresif Donald Trump dalam perdagangan global serta ketegangan geopolitik yang meningkat. Bank sentral dunia terus membeli emas untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Arus dana juga masuk ke ETF emas karena investor ritel berusaha ikut dalam reli tersebut.
Namun, indeks kekuatan relatif (RSI) emas selama sebagian besar September menunjukkan kondisi overbought. Ini memperkuat alasan teknikal di balik koreksi mendalam yang terjadi minggu ini.
Prediksi Harga: Konsolidasi di Sekitar $4.000
Citigroup menurunkan rekomendasi “overweight” untuk emas setelah penurunan besar, dengan alasan posisi pasar sudah terlalu jenuh. Para analis memperkirakan harga emas turun dan akan berkonsolidasi di sekitar level $4.000 per ons dalam beberapa minggu ke depan.
Meski demikian, permintaan dari bank sentral untuk diversifikasi tetap menjadi faktor jangka panjang yang dapat mendukung harga. Namun, saat ini belum ada urgensi besar untuk masuk kembali ke pasar karena harga sudah terlalu tinggi.
Dampak dari Harapan Negosiasi AS–China
Penurunan juga dipengaruhi oleh kabar potensi pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Optimisme terhadap perundingan perdagangan menekan permintaan aset safe haven seperti emas. Trump menyebut kemungkinan tercapai “kesepakatan yang baik,” meski masih belum pasti kapan pertemuan itu terjadi.
Secara teknikal, analis AT Global Markets Nick Twidale menyebut bahwa pergerakan emas saat ini adalah “koreksi besar” namun belum mengubah tren jangka panjang. Jika harga menembus level $4.000, tekanan jual bisa semakin kuat.
Perak dan Logam Lain Ikut Tertekan
Selain emas, pergerakan perak juga sangat volatil. Setelah lonjakan tajam di pasar London pekan lalu, harga perak sempat menembus rekor 1980. Lonjakan itu mendorong pengiriman logam ke London untuk menyeimbangkan pasokan. Namun, pada Selasa, perak di gudang Shanghai Futures Exchange mencatat arus keluar terbesar sejak Februari.
Pada sesi perdagangan terakhir di Asia, emas spot turun 0,9% ke $4.091, sementara perak melemah 0,4% ke $48,53 per ons. Platinum dan paladium juga terkoreksi lebih dari 5%.
Kesimpulan
Meskipun harga emas turun tajam setelah reli panjang, tren jangka panjang masih bergantung pada arah kebijakan suku bunga dan ketegangan geopolitik global. Koreksi ini kemungkinan menjadi momen konsolidasi sebelum arah baru terbentuk.
Disclaimer:
Artikel ini hanya untuk tujuan edukasi dan analisis pasar. Tidak ada jaminan keuntungan, dan pembaca disarankan melakukan riset mandiri sebelum mengambil keputusan investasi.
Baca juga: Outlook Ekonomi Global: Ketegangan AS-China
Sumber: Yahoo Finance
