Cerita di Balik Chart: AS–China Sepakat Gelar Perundingan Dagang Baru
AS–China sepakat gelar perundingan dagang baru jadi topik utama yang mengguncang pasar global minggu ini. Awalnya, tensi perang tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali meningkat, membuat investor panik dan aset berisiko langsung dijual besar-besaran.
Investor pun beralih ke emas, mencari perlindungan di tengah ketidakpastian. Everyone was like, “run to gold, it’s the only safe place!”
Selain itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed serta isu shutdown pemerintahan AS ikut memperkeruh suasana. Kombinasi faktor itu bikin pasar masuk ke risk off mode, dan harga emas langsung melejit.
Fear Mode: Emas Melambung hingga 4.379
Kepanikan pasar mendorong harga emas menembus rekor baru di level 4.379. Grafiknya seperti roket — straight to the moon vibes!
Setiap breakout memperkuat keyakinan bahwa “safe haven is back.” Tapi seperti pepatah klasik, when it looks too good to be true, it probably is.
Banyak trader ritel ikut arus tanpa analisis mendalam. Greed was in the air, dan pasar senang mengejutkan siapa pun yang merasa “pasti profit.”
Namun tak lama setelah euforia itu, satu berita besar mengubah segalanya.
AS–China Sepakat Gelar Perundingan Dagang Baru Ubah Sentimen Pasar
Beberapa jam setelah harga emas menyentuh puncak 4.379, Reuters melaporkan bahwa AS–China sepakat gelar perundingan dagang baru dalam waktu dekat (sumber).
Seketika, suasana pasar berubah dari risk off ke risk on. Investor mulai melepas posisi emas dan kembali melirik saham serta aset berisiko.
It was like the market took a deep breath and said, “Okay, maybe things aren’t that bad.”
Harga emas yang sempat melambung langsung terkoreksi tajam, meninggalkan long candle di area puncak. Jika dilihat di chart (lihat di TradingView), momen itu seperti wake-up call untuk para buyer yang terlalu percaya diri.
Analisis Teknis Emas Setelah AS–China Sepakat Gelar Perundingan Dagang Baru

Dari grafik 4 jam, tren naik emas memang belum sepenuhnya rusak. Namun tanda-tanda kehilangan momentum mulai terlihat.
Indikator LuxAlgo Smart Money Concepts menampilkan beberapa Break of Structure (BOS) di area puncak — sinyal bahwa tekanan jual mulai meningkat.
Harga kini bertahan di sekitar 4.250-an, dengan SMA 50 di area 4.118 yang menjadi benteng pertama tren bullish.
Jika harga menembus di bawahnya, potensi koreksi bisa melebar ke area demand zone antara 3.800–3.900.
Pola Equal High (EQH) juga menunjukkan likuiditas yang sudah disapu, menandakan smart money mulai distribusi.
They’re quietly cashing out while the crowd still dreams of new highs.
Kalau harga gagal menembus kembali ke atas 4.300, konsolidasi bisa berlanjut. In simple words, gold might chill for a bit before making its next big move.
Sentimen Pasar Pasca AS–China Sepakat Gelar Perundingan Dagang Baru
Kisah minggu ini membuktikan bahwa satu berita bisa membalikkan arah pasar secara drastis.
Dari ketakutan, kini muncul harapan baru. The vibe shifted from fear to hope, dan pelaku pasar mulai menaruh perhatian pada jalannya negosiasi antara dua raksasa ekonomi dunia.
Meski begitu, emas tetap menjadi ultimate safe haven.
Jika negosiasi gagal, harga bisa melonjak lagi. Namun jika berjalan lancar, logam kuning ini mungkin istirahat dulu di area support sebelum lanjut naik.
Trader teknikal sebaiknya memantau area 4.118–4.200, tempat SMA 50 dan order block terakhir bertemu. That’s where the next story might begin.
Penutup: Lesson from the Chart
Pasar bukan hanya soal angka dan indikator, tapi juga emosi. Kadang, satu kalimat berita cukup untuk mengubah seluruh arah harga. The market is emotional, not logical — and that’s what makes it fascinating.
Untuk saat ini, tren naik emas masih bertahan, tapi waspadai tanda-tanda distribusi. Gunakan level teknikal seperti SMA 50 dan demand zone sebagai panduan entry.
Stay calm, stay smart, and let the chart tell you the truth.
Disclaimer
Tulisan ini dibuat untuk tujuan edukasi dan hiburan dalam rubrik Cerita di Balik Chart di KepoinTrading.com.
Semua analisis bukan rekomendasi investasi. Trade responsibly, because the market doesn’t care about your feelings.
