Government Shutdown AS Ancam Ekonomi
Government shutdown AS semakin dekat setelah pertemuan di Oval Office tidak menghasilkan kesepakatan. Presiden Trump menegaskan bahwa shutdown adalah kesalahan Demokrat, sementara Wakil Presiden JD Vance memperkirakan penutupan pemerintahan akan segera terjadi. Jika tidak ada solusi, shutdown dimulai pada Rabu pukul 12:01 pagi waktu setempat.
Kondisi ini meningkatkan risiko terhadap ekonomi yang sudah berada di “knife’s edge”. Pasar tenaga kerja melemah dan inflasi tetap tinggi. Penambahan shutdown tentu bisa memperburuk situasi.
Dampak pada Data Ekonomi
Salah satu efek cepat dari government shutdown AS adalah berhentinya publikasi data ekonomi. Departemen Tenaga Kerja menyebut Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) akan menghentikan seluruh aktivitasnya. Artinya, laporan pekerjaan yang seharusnya rilis Jumat tidak akan keluar.
Dampak jangka panjangnya, data kunci seperti CPI, PCE, hingga GDP juga bisa tertunda. Bagi investor dan The Fed yang sangat bergantung pada data, kekosongan informasi ini akan menambah ketidakpastian pasar.
Ancaman Pemutusan Hubungan Kerja
Berbeda dengan shutdown sebelumnya, kali ini ada wacana pemutusan hubungan kerja permanen. Trump mengarahkan lembaga pemerintah untuk mempertimbangkan pemangkasan pegawai, terutama yang tidak sesuai prioritasnya.
Meski detail belum jelas, rencana ini bisa mengubah pola shutdown yang biasanya hanya berupa furlough sementara. Jika benar dijalankan, dampaknya akan terasa lebih lama pada ribuan keluarga pegawai federal.
Gangguan di Bandara dan Layanan Publik
Shutdown juga berarti banyak pegawai tetap bekerja tanpa gaji, termasuk petugas TSA dan pengatur lalu lintas udara. Kondisi ini berpotensi memicu absen mendadak dan mengganggu jadwal penerbangan.
Selain itu, taman nasional berpotensi ditutup, IRS beroperasi terbatas, dan layanan paspor melambat. Namun, Social Security, Medicare, sekolah umum, hingga layanan pos tetap berjalan normal.
Kesimpulan
Government shutdown AS tidak hanya ancaman politik, tapi juga masalah ekonomi nyata. Data resmi bisa berhenti, pekerja berisiko kehilangan pekerjaan, dan publik akan menghadapi gangguan layanan. Investor global pun akan lebih waspada melihat arah ekonomi Amerika yang sedang rapuh.
Baca juga: US Stock Futures Turun di Tengah Shutdown
Sumber: Yahoo Finance
