Fibonacci Retracement Udah Pasang, Market Ngetroll

Cerita di Balik Chart 08 Juni 2025 - Kepoin Trading

Cindy adalah tipikal crypto trader yang bisa nganalisis chart sambil pakai sheet mask dan nonton drama Korea. She’s that multitasking queen. Tapi jangan salah—meskipun gayanya effortless, strategi teknikalnya on point. Setidaknya begitu pikirnya… sebelum market mulai ngetroll.


Trust the Fib, They Said…

Malam itu, dengan suasana syahdu dan suara hujan tipis di luar, Cindy memasang Fibonacci retracement pada chart Bitcoin. “618 is the golden ratio,” bisiknya, seolah mengucap mantra. Garis-garis indah itu tampak begitu masuk akal. Market sedang koreksi, dan menurut semua buku teknikal yang dia baca—termasuk buku legendaris John Murphy ini—ini adalah momen buy the dip.

“It’s giving… confirmation bias,” katanya sambil tersenyum percaya diri.


Tapi Ternyata Cuma Prank dari Market

Chart tampak mantap. Harga nyentuh level 0.618 dengan indahnya. Cindy langsung open posisi, siap cuan. Tapi eh… baru juga masuk posisi, candle malah turun drastis. Fakeout, dump, terus sideways. Persis seperti cowok yang chat tiap malam tapi pas diajak ketemuan, bilang lagi sibuk cari jati diri.

“This market gaslighting me,” bisik Cindy, menatap layar. Emosinya campur aduk—antara marah, malu, dan merasa dikhianati. “I feel like I’m in a toxic relationship… with BTC.”


Refleksi Diri (dan Koneksi Wi-Fi)

Sambil menunggu harga kembali ke jalur semestinya (spoiler: nggak balik-balik), Cindy mulai mikir. Mungkin selama ini dia terlalu bergantung sama chart dan lupa pentingnya sentimen pasar dan berita fundamental.

“It’s not just about the numbers. It’s about the narrative,” katanya lirih. Dia pun membuka buku kripto ini, mencoba memahami dinamika crypto dari sisi yang lebih luas. Karena kadang… penyebab rugi itu bukan teknikal, tapi ekspektasi yang terlalu tinggi. Relatable much?


Upgrade Setup, Upgrade Life

Cindy sadar, kalau dia mau serius di dunia crypto, visualisasinya juga harus maksimal. “How can I see the whole picture if my screen is literally the size of a snack plate?” gumamnya.

Dia pun memutuskan investasi ke dual monitor keren ini. Begitu terpasang, semua terasa berbeda. Chart lebih jelas, volume kelihatan, dan rasa percaya dirinya langsung naik 38,2%. “Now I see the dump coming from miles away,” katanya bangga. Setidaknya sekarang dia bisa overanalyze dari dua sisi sekaligus.


Cindy Pindah ke TRIV, Bukan ke Hatimu

Setelah berbagai drama dengan platform luar yang delay dan fee-nya unpredictable, Cindy memutuskan untuk mencoba beli kripto lewat TRIV. Simpel, cepat, dan yang paling penting—transparan.

“Sometimes, the best glow-up is switching to a local exchange that respects your time,” ujar Cindy dengan aksen global citizen-nya. Sejak itu, hidup jadi lebih tenang. Minimal, kalau market ngetroll lagi, dia nggak perlu kesel sama aplikasinya juga.


Epilog: Harga Naik, Tapi Mental Sudah Turun Duluan

Beberapa hari kemudian, harga akhirnya naik. Tapi Cindy sudah move on. “Too late, BTC. You had your chance.” Karena baginya, peace of mind jauh lebih penting daripada cuan yang penuh drama.

Kini dia lebih bijak dalam mengambil posisi, lebih hati-hati dengan Fibonacci, dan lebih… stylish tentu saja, karena dual monitor barunya screams power. Sambil menyeruput kopi dingin, dia berbisik ke dirinya sendiri:

“Kalau pun market ngetroll lagi, at least I look good losing.”

Baca juga: Ichimoku Cloud Bilang Buy, Market Bilang Bye


Mau Dukung Cindy?

Kalau kamu suka cerita Cindy dan ingin dia tetap semangat ngejar cuan tanpa drama, kamu bisa bantu dia tetap stylish dan fokus dengan klik link-link berikut:

Who knows? Maybe next time, you’re the one making the market move.


Disclaimer :

Cerita ini fiktif. Kemiripan dengan nama, grafik, atau mantan yang ghosting adalah kebetulan belaka. Konten ini untuk hiburan dan edukasi ringan, bukan ajakan beli atau jual aset. Trading tetap ada risikonya—terutama risiko overconfidence pas pasang Fibonacci.