Pasar saham teknologi mengalami penurunan tajam setelah startup AI asal China, DeepSeek, memicu kepanikan investor. Para investor khawatir dengan kemunculan model bahasa besar sumber terbuka yang lebih murah, yang berpotensi mengancam dominasi AI Amerika Serikat. Akibatnya, Nasdaq yang dipenuhi saham teknologi turun sebesar 3%, dengan Nvidia sebagai penyumbang penurunan terbesar. Saham Nvidia anjlok 16,9%, menghapus nilai pasar sebesar $589 miliar.
Penurunan ini juga berdampak pada sektor teknologi secara lebih luas, termasuk saham-saham chip seperti Broadcom, Lam Research, KLA, dan Marvell yang turut turun. Saham Microsoft dan Alphabet, yang tergabung dalam kelompok “Magnificent Seven”, juga mengalami penurunan masing-masing 2% dan 4%. Penurunan ini memberikan tekanan tambahan pada sektor teknologi menjelang pengumuman laba kuartal keempat. Wall Street memperkirakan bahwa pertumbuhan laba untuk kuartal keempat akan turun menjadi 22%, laju terendah dalam hampir dua tahun terakhir, seiring fokus yang lebih besar pada pengeluaran modal.
Namun, menurut beberapa analis terkemuka, kepanikan pasar ini mungkin terlalu berlebihan. Stacy Rasgon dari Bernstein menyatakan bahwa reaksi pasar terhadap DeepSeek adalah “berlebihan”, dan ia meyakini bahwa perkembangan DeepSeek tidak berarti akhir dari infrastruktur AI. Rasgon berpendapat bahwa kebutuhan komputasi untuk AI masih sangat besar dan akan terus berkembang. “Jika kita bisa memanfaatkan kapasitas komputasi dengan lebih efisien, itu akan diserap, dan kita akan membutuhkan inovasi seperti ini untuk terus maju,” ujarnya.
Pandangan serupa juga diungkapkan oleh Daniel Newman, Kepala Strategi Futurum. Newman menjelaskan bahwa model yang lebih efisien seperti DeepSeek justru akan memperluas penggunaan AI, merujuk pada konsep ekonomi yang dikenal sebagai Paradox Jevons. Menurutnya, jika komputasi menjadi lebih efisien, perusahaan-perusahaan yang selama ini dianggap kurang menghasilkan pendapatan akan dapat membangun model mereka dengan biaya yang lebih rendah, menciptakan solusi dengan pengeluaran lebih sedikit, dan meningkatkan pendapatan per saham (EPS).
CEO Microsoft, Satya Nadella, juga merujuk pada Paradox Jevons dalam pernyataannya, dengan menekankan bahwa penggunaan AI akan semakin melonjak seiring efisiensi yang semakin tinggi. “Pengeluaran masih terus meningkat… saya rasa ini tidak akan menghentikan tren tersebut,” tambah Rasgon.
Pandangan tersebut mungkin menjadi faktor yang meredakan kepanikan awal di Wall Street, dengan saham-saham besar seperti Microsoft berbalik pulih setelah penurunan tajam. Amazon dan Meta juga berhasil mencatatkan kenaikan, masing-masing sebesar 0,3% dan 1,9%.
Sementara itu, Seema Shah, Kepala Strategi Global di Principal Asset Management, menilai kekhawatiran akan koreksi pasar berlebihan, dan tetap melihat kondisi makroekonomi yang mendukung. “Saya rasa kita belum berada di titik di mana kita bisa membicarakan koreksi… lingkungan ekonomi masih sangat mendukung laba di sebagian besar sektor,” ujar Shah. Ia juga menambahkan bahwa jika DeepSeek benar-benar seperti yang diklaim, ini akan menjadi positif untuk produktivitas di seluruh dunia, tanpa mengganggu keunggulan AS dalam produktivitas.
Pada akhirnya, meskipun pasar mengalami penurunan, banyak analis yang meyakini bahwa kekhawatiran terkait DeepSeek berlebihan dan situasi ini justru membuka peluang bagi efisiensi dan inovasi yang lebih besar dalam sektor teknologi global.
Sumber: Yahoo Finance

