BoJ Siap Naikkan Suku Bunga ke Tingkat Tertinggi Sejak Krisis Keuangan 2008

Bank of Japan (BOJ) diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan pada hari Jumat, mencapai tingkat tertinggi sejak krisis keuangan global tahun 2008. Langkah ini dilakukan di tengah kenaikan saham global yang meredakan kekhawatiran pembuat kebijakan terhadap dampak potensial ancaman tarif dari Presiden AS Donald Trump terhadap pasar.

Ekspektasi pasar sudah hampir sepenuhnya memperhitungkan peluang kenaikan suku bunga ini, sehingga perhatian kini beralih ke pernyataan Gubernur BOJ, Kazuo Ueda, dalam konferensi pers setelah pertemuan. Pernyataannya diharapkan memberikan petunjuk mengenai kecepatan dan waktu kenaikan suku bunga selanjutnya.

Selama pertemuan dua hari yang berakhir pada Jumat, BOJ secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga kebijakan jangka pendek dari 0,25% menjadi 0,5%. Tingkat ini belum pernah tercapai di Jepang selama 17 tahun terakhir. Kenaikan ini mencerminkan komitmen bank sentral untuk secara bertahap menaikkan suku bunga hingga sekitar 1%, yang dianggap para analis sebagai tingkat yang seimbang untuk mendukung ekonomi Jepang tanpa memanaskan atau mendinginkan aktivitas ekonomi secara berlebihan.

Menurut Naomi Muguruma, Kepala Strategi Obligasi di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities, pasar tidak menunjukkan reaksi negatif yang signifikan terhadap komentar Trump, sehingga BOJ kemungkinan besar akan melanjutkan rencana kenaikan suku bunga.

Sebelum keputusan ini, imbal hasil obligasi pemerintah Jepang meningkat di tengah ekspektasi pasar yang dominan mengenai kenaikan suku bunga. Yen tetap stabil di angka 156,11 per dolar, meskipun berada di dekat level terendah mingguannya yang tercapai pada sesi sebelumnya.

Jika kenaikan suku bunga ini terjadi, langkah tersebut akan menjadi yang pertama sejak Juli tahun lalu, saat kenaikan yang mengejutkan disertai data pekerjaan AS yang lemah menyebabkan gejolak besar di pasar global. Untuk menghindari situasi serupa, BOJ telah memberikan sinyal kuat melalui pernyataan Ueda dan wakilnya pekan lalu, yang menyebabkan yen menguat karena pasar mulai memperkirakan peluang kenaikan sekitar 90%.

BOJ juga diperkirakan akan menaikkan proyeksi inflasi dalam laporan triwulanan, mencerminkan keyakinan bahwa kenaikan upah yang meluas akan membantu Jepang mencapai target inflasi 2% secara berkelanjutan.

Inflasi konsumen inti Jepang mencapai laju tahunan tercepat dalam 16 bulan pada bulan Desember, didorong oleh kenaikan harga bahan bakar dan makanan yang meningkatkan biaya hidup rumah tangga. Dengan inflasi yang telah melampaui target BOJ selama hampir tiga tahun, Ueda kemungkinan besar akan menegaskan bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut masih diperlukan.

Beberapa analis memproyeksikan BOJ akan kembali menaikkan suku bunga akhir tahun ini, kecuali terjadi guncangan pasar yang dipicu oleh kebijakan Trump, yang dapat mengancam pemulihan ekonomi Jepang yang rapuh.

Menurut Mari Iwashita, Ekonom Eksekutif di Daiwa Securities, setelah kenaikan menjadi 0,5%, BOJ kemungkinan akan menaikkan suku bunga dengan frekuensi sekitar dua kali setahun. Kenaikan berikutnya bisa saja terjadi pada bulan September, tergantung pada perkembangan pertumbuhan dan inflasi di AS, serta dampaknya terhadap kebijakan Federal Reserve dan pergerakan nilai tukar yen terhadap dolar.

Kalender politik domestik juga bisa memengaruhi waktu kenaikan suku bunga BOJ, terutama dengan pemilihan majelis tinggi yang dijadwalkan pada bulan Juli, saat koalisi minoritas Perdana Menteri Shigeru Ishiba mungkin menghadapi tantangan mendapatkan suara.

Sejak mengambil alih kepemimpinan pada April 2023, Ueda telah membongkar program stimulus radikal pendahulunya dan menaikkan suku bunga jangka pendek menjadi 0,25% pada Juli. BOJ terus menegaskan komitmennya untuk menaikkan suku bunga selama Jepang mencapai siklus ekonomi di mana inflasi yang meningkat mendukung kenaikan upah dan konsumsi, sehingga memungkinkan perusahaan untuk terus meneruskan biaya yang lebih tinggi kepada konsumen.

Sumber: Reuters