Harga minyak mentah diperkirakan akan mengalami peningkatan minggu ini setelah munculnya optimisme baru di pasar minyak, didorong oleh beberapa laporan ekonomi Amerika Serikat yang lebih baik dari perkiraan.
Salah satu laporan tersebut adalah data penjualan ritel bulan Juli, yang menunjukkan kenaikan 1% dibandingkan ekspektasi peningkatan 0,3%, menurut laporan Reuters. Kenaikan ini semakin signifikan karena terjadi setelah penurunan bulanan sebesar 0,2% pada bulan Juni. Laporan lainnya adalah jumlah klaim pengangguran mingguan, yang lebih rendah dari perkiraan, dengan klaim baru turun sebanyak 7.000 untuk minggu yang berakhir pada 9 Agustus dibandingkan minggu sebelumnya.
“Data ekonomi AS yang dirilis minggu ini membantu meredakan kekhawatiran akan perlambatan tajam dalam ekonomi AS,” kata FGE kepada Reuters.
Data terbaru ini kemungkinan juga akan memperkuat harapan bahwa Federal Reserve (Fed) akan segera mulai menurunkan suku bunga, yang dianggap sebagai potensi besar untuk meningkatkan permintaan minyak. Namun, di sisi lain, Fed telah berulang kali menegaskan bahwa mereka tidak akan terburu-buru dalam memotong suku bunga, yang berarti harapan tersebut bisa saja dikhianati.
Kekuatan harga minyak ini cukup mencolok mengingat banyaknya faktor bearish yang menekan komoditas ini. Tanda-tanda melemahnya permintaan minyak dari China dan dua revisi permintaan global yang dikeluarkan minggu ini oleh OPEC dan Badan Energi Internasional adalah faktor bearish utama.
Sementara itu, di Timur Tengah, ancaman eskalasi konflik tetap ada sementara Israel terus membombardir Gaza dan Iran terus menunggu waktu yang tepat. Pekan ini, Israel memulai negosiasi dengan mediator internasional tentang kemungkinan gencatan senjata, namun hasilnya masih belum jelas karena Hamas memboikot pembicaraan tersebut.
“Geopolitik dan risiko meluasnya konflik di Timur Tengah terus menopang harga minyak, karena ancaman pembalasan semakin meningkat,” kata kepala ekonom Matador Economics, Tim Snyder, kepada Reuters pada hari Kamis.
Sumber: OilPrice.com