Pada hari Rabu, harga kontrak berjangka minyak mentah Brent jatuh di bawah $82 per barel, menyusul kerugian sebesar 1,5% dalam sesi sebelumnya yang dipicu oleh kekhawatiran tentang suku bunga dan ketidakpastian permintaan yang mengungguli kekhawatiran geopolitik. Sementara WTI AS juga turun sekitar 0,65% pada kisaran 76.53. Laporan Badan Energi Internasional (IEA) menyoroti perlambatan permintaan minyak global akibat meningkatnya popularitas sumber energi terbarukan. Investor dengan cermat menantikan keputusan OPEC+ pada bulan Maret mengenai apakah akan memperpanjang pemangkasan produksi ke kuartal berikutnya atau tidak.
Data terbaru menunjukkan bahwa Irak, produsen terbesar kedua dalam kelompok tersebut, melampaui kuota produksinya. Namun demikian, Rusia berhasil memenuhi target pemotongan ekspor untuk bulan Januari sebagai bagian dari komitmennya terhadap kelompok tersebut.
Di tengah perkembangan ini, militan Houthi di Yaman mengklaim bertanggung jawab atas penargetan dua kapal Amerika Serikat dengan misil di Teluk Aden. Serangan-serangan ini telah menimbulkan kekhawatiran akan gangguan pada jalur pengiriman di wilayah tersebut.
Pasar minyak global saat ini berada dalam titik ketegangan yang tinggi, di mana ketidakpastian seputar permintaan, kebijakan OPEC+, dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah menjadi faktor-faktor penentu. Investor dan pelaku pasar akan tetap waspada terhadap berbagai perkembangan penting di dunia energi yang dapat mempengaruhi arah pergerakan harga minyak dalam waktu mendatang.
Sumber: Trading Economic