Saham-saham Asia Berfluktuasi, Yen Goyah Ketika BOJ Jadi Fokus Utama

Saham-saham Asia mengalami penurunan pada hari Selasa, sementara nilai yen tetap mendekati puncak dua minggu seiring para trader bersiap menghadapi keputusan kebijakan Bank of Japan. Bank tersebut diperkirakan akan meningkatkan proyeksi inflasi dan mempertimbangkan perubahan pada pengendalian imbal hasil obligasinya.

Nilai yen melemah sebesar 0,19% menjadi 149,38 per dolar, namun tetap dekat dengan titik tertinggi dua minggu sebesar 148,81 yang dicapai pada hari Senin setelah laporan dari surat kabar Nikkei mengenai pertimbangan Bank of Japan untuk melakukan penyesuaian terhadap kontrol kurva hasil obligasinya (YCC).

Bank of Japan menetapkan target sekitar 0% untuk imbal hasil obligasi 10 tahun di bawah YCC. Namun, karena kritik yang menyebut bahwa pembelaan kuat terhadap batasan tersebut menyebabkan distorsi pasar dan penurunan yen yang tak diinginkan, Bank of Japan telah meningkatkan batas de facto imbal hasil obligasi menjadi 1,0% dari sebelumnya 0,5% pada bulan Juli.

Pada hari Selasa, imbal hasil JGB 10 tahun melonjak 6,5 basis poin menjadi 0,955%, mencapai level tertinggi sejak Mei. Pasar sepertinya mengasumsikan bahwa batas akan ditingkatkan sebesar 50 basis poin lagi, namun ada pandangan bahwa kemungkinan peningkatan ganda (yaitu menjadi 2%) dalam batas tersebut yang sebenarnya menghapusnya, kurang diapresiasi.

Fokus investor minggu ini terutama pada pertemuan bank sentral utama, termasuk Federal Reserve AS, Bank of England, dan Bank of Japan. Federal Reserve dijadwalkan untuk melakukan pertemuan kebijakan moneter selama dua hari, yang diharapkan akan mempertahankan target suku bunga dana Fed tetap di kisaran 5,25%-5,50%.

Sejumlah data menunjukkan bahwa ekonomi AS tetap kuat, dan komentar dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell akan menjadi sorotan untuk memperkirakan seberapa lama suku bunga kemungkinan akan tetap tinggi.

Departemen Keuangan AS pada hari Senin menyatakan mereka memperkirakan akan meminjam $76 miliar lebih sedikit pada kuartal ini dibandingkan dengan yang sebelumnya diperkirakan pada kuartal ketiga, didasarkan pada harapan penerimaan yang lebih tinggi.

Harga minyak mentah AS naik tipis menjadi $82,68 per barel, sementara harga emas tetap stabil di sekitar $1.995,69 per ons.

Sumber: Reuters.

  • Alwy Assegaf

    Related Posts

    Market Outlook 2025: Tantangan dan Peluang di Era Proteksionisme

    Tahun 2025 diproyeksikan menjadi tahun yang penuh dinamika bagi ekonomi global, dengan kebijakan ekonomi Amerika Serikat di bawah pemerintahan Trump menjadi pusat perhatian. Fokus utama administrasi Trump pada deregulasi, insentif…

    Continue reading
    Inflasi, Perang, dan Perubahan Kepemimpinan: Kisah Dunia di Tahun 2024

    Inflasi menjadi salah satu tema utama sepanjang tahun 2024, dengan penurunan tingkat inflasi di banyak negara di dunia. Namun, penurunan tersebut tidak mampu meredakan kekecewaan masyarakat terhadap kenaikan harga-harga yang…

    Continue reading

    You Missed

    Market Outlook 2025: Tantangan dan Peluang di Era Proteksionisme

    Market Outlook 2025: Tantangan dan Peluang di Era Proteksionisme

    Inflasi, Perang, dan Perubahan Kepemimpinan: Kisah Dunia di Tahun 2024

    • By Fadhil
    • December 31, 2024
    • 25 views
    Inflasi, Perang, dan Perubahan Kepemimpinan: Kisah Dunia di Tahun 2024

    Saham Asia Bergerak Naik di Tengah Pekan Perdagangan yang Sepi

    • By Fadhil
    • December 24, 2024
    • 30 views
    Saham Asia Bergerak Naik di Tengah Pekan Perdagangan yang Sepi

    Bitcoin Menguat Berkat Wacana Trump, Tantangan Regulasi Menanti

    • By Fadhil
    • December 17, 2024
    • 54 views
    Bitcoin Menguat Berkat Wacana Trump, Tantangan Regulasi Menanti

    Peluang Bullish DJIA Menuju 45,700 di Tengah Ancaman Breakdown Support

    Peluang Bullish DJIA Menuju 45,700 di Tengah Ancaman Breakdown Support

    Pasar Saham Tertahan Menjelang Pertemuan Federal Reserve Terakhir Tahun Ini

    Pasar Saham Tertahan Menjelang Pertemuan Federal Reserve Terakhir Tahun Ini