Pasangan mata uang GBP/USD terus mengalami penurunan untuk kedua kalinya berturut-turut dan saat ini diperdagangkan lebih rendah sekitar 1.2320 selama sesi Asia pada hari Kamis. Penyebab utama penurunan ini adalah sikap hawkish dari Bank Sentral Amerika Serikat (Fed), yang memberikan tekanan ke bawah pada pasangan mata uang ini.
Selama pertemuan yang diadakan pada hari Rabu, Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan yang ada sebesar 5,5%, seperti yang sudah diperkirakan. Namun, yang menarik perhatian pasar adalah niat bank sentral untuk mencoba menaikkan suku bunga tambahan pada tahun 2023. Keputusan ini sejalan dengan ekspektasi Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) untuk inflasi yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya.
Akibatnya, pejabat-pejabat Fed secara tak terduga merevisi proyeksi suku bunga mereka untuk tahun 2024, meningkatkannya dari 4,6% menjadi 5,1%. Langkah ini telah memberikan kekuatan tambahan pada Dolar Amerika Serikat (USD).
Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kinerja USD terhadap enam mata uang utama lainnya, terus menguat dan diperdagangkan pada level tertinggi dalam enam bulan sekitar 105,50 pada saat penulisan ini. Tingkat imbal hasil surat utang AS yang lebih tinggi juga mendukung USD, dengan tingkat imbal hasil obligasi AS dengan tenor 10 tahun mencapai 4,43%, level tertinggi sejak 2007.
Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, dalam konferensi pers setelah keputusan suku bunga, mengulangi komitmen Fed untuk mencapai target inflasi jangka panjang sebesar 2%. Powell menunjukkan bahwa bank sentral mungkin mendekati puncak siklus kenaikan suku bunga, tetapi tetap menekankan bahwa keputusan kebijakan mendatang akan didasarkan pada analisis data.
Di sisi GBP, Poundsterling Inggris (GBP) berada di bawah tekanan akibat antisipasi akan berakhirnya siklus kenaikan suku bunga oleh Bank of England (BoE). Hal ini telah menyebabkan pasangan GBP/USD mengalami penurunan.
Sentimen pasar mengalami perubahan signifikan setelah dirilisnya data Inggris pada hari Rabu, yang menunjukkan bahwa Indeks Harga Konsumen (CPI) tahunan turun menjadi 6,7% pada bulan Agustus dari 6,8% pada bulan Juli, bertentangan dengan ekspektasi konsensus yang mengharapkan kenaikan menjadi 7,1%. Selain itu, CPI inti untuk periode 12 bulan yang berakhir pada bulan Agustus turun menjadi 6,2% dari 6,9% pada bulan Juli. Perkembangan ini, bersama dengan kekhawatiran akan potensi perlambatan ekonomi dan tanda-tanda perlambatan pasar tenaga kerja di Inggris, sejalan dengan ekspektasi pasar.
Akibatnya, investor dengan cermat menantikan keputusan kebijakan oleh Bank of England, yang akan diumumkan nanti dalam hari ini.
Selain itu, para peserta pasar akan memantau dengan cermat rilis data dari Amerika Serikat (AS) pada hari Kamis ini, termasuk Klaim Pengangguran Awal mingguan, Survei Manufaktur Philadelphia Fed, dan Perubahan Penjualan Rumah yang Sudah Ada, yang dapat memengaruhi lebih lanjut dinamika mata uang dan pasar.
Tertarik trading Forex, yuk Pilih Broker!!!
Disclaimer: Informasi terkait yang dikemukakan oleh Kepoin Trading berasal dari berbagai sumber terpercaya dan aktual. Semua informasi dan data yang dipakai dalam website ini, bukanlah merupakan anjuran / rekomendasi untuk membeli / menjual instrumen forex, saham, kripto ataupun komoditas. Kami tidak bertanggung jawab atas tingkat akurasi dan kerugian dan penyalahgunaan informasi yang telah disajikan. Semua saran dan transaksi tidak mengikat.