Indikator Teknikal: Membongkar Trend Following dan Oscillator

Indikator teknikal adalah komponen penting dalam analisis teknikal, yang membantu para trader dan investor untuk memahami pergerakan harga aset dan mengambil keputusan investasi yang lebih baik. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan dua jenis indikator teknikal yang umum digunakan: indikator tren following (trend following) dan indikator osilator (oscillator). Kami akan membahas cara kerja masing-masing indikator ini dan memberikan tiga contoh dari setiap kategori.

Indikator Tren Following
Indikator tren following dirancang untuk mengidentifikasi dan mengikuti tren yang sedang berlangsung. Mereka membantu trader dan investor untuk mengenali arah pergerakan harga yang dominan. Berikut adalah tiga contoh dari indikator tren following yang sering digunakan:

Moving Average (Rata-Rata Bergerak)


Cara Kerja: Moving average menghitung rata-rata harga penutupan dalam suatu periode waktu tertentu. Sebagai contoh, SMA 50 hari adalah rata-rata harga penutupan selama 50 hari terakhir.
Contoh: Jika harga saham XYZ berada di atas SMA 200 hari, ini menunjukkan bahwa saham tersebut berada dalam tren naik yang mungkin berlanjut.

Ichimoku Kinko Hyo

Cara Kerja: Ichimoku Kinko Hyo adalah indikator tren following yang berasal dari Jepang. Ini menyediakan informasi yang komprehensif tentang tren, level support dan resistance, dan momentum.
Contoh: Jika harga suatu aset berada di atas awan Ichimoku (Kumo), ini bisa menjadi indikasi tren naik yang kuat.

Parabolic SAR (Stop and Reverse)

Cara Kerja: Parabolic SAR adalah indikator yang mengidentifikasi titik-titik potensial pembalikan tren. Ini menampilkan titik-titik di atas atau di bawah harga yang memberikan sinyal untuk membalikkan posisi.
Contoh: Jika titik Parabolic SAR berada di atas harga, ini bisa menjadi sinyal untuk menjual, menunjukkan potensi pembalikan dari tren naik menjadi tren turun.

Indikator Osilator
Indikator osilator digunakan untuk mengidentifikasi kondisi overbought (terlalu banyak pembelian) atau oversold (terlalu banyak penjualan) dalam pasar. Mereka membantu trader untuk mengantisipasi potensi pembalikan tren. Berikut adalah tiga contoh dari indikator osilator yang sering digunakan:

Relative Strength Index (RSI)

Cara Kerja: RSI mengukur kekuatan dan kelemahan relatif suatu aset dengan skala 0 hingga 100. Nilai RSI di atas 70 mengindikasikan kondisi overbought, sementara nilai di bawah 30 mengindikasikan kondisi oversold.
Contoh: Jika RSI pada saham teknologi XYZ mencapai 75, ini bisa menjadi sinyal bahwa saham tersebut overbought, dan mungkin akan mengalami penurunan harga dalam waktu dekat.

Stochastic Oscillator

Cara Kerja: Stochastic Oscillator mengukur posisi harga saat ini relatif terhadap kisaran harga selama periode waktu tertentu. Ini membantu mengidentifikasi kondisi overbought atau oversold.
Contoh: Jika Stochastic Oscillator menunjukkan nilai di atas 80, ini bisa menjadi indikasi bahwa aset tersebut overbought, dan mungkin akan mengalami penurunan harga.

Commodity Channel Index (CCI)

Cara Kerja: CCI mengukur deviasi harga suatu aset dari rata-rata statistik. Nilai CCI di atas 100 dapat mengindikasikan kondisi overbought, sedangkan nilai di bawah -100 dapat mengindikasikan kondisi oversold.
Contoh: Jika CCI pada saham teknologi tertentu mencapai nilai -120, ini bisa menjadi sinyal bahwa saham tersebut oversold dan mungkin akan mengalami kenaikan harga.

Kesimpulan
Indikator teknikal adalah alat yang penting dalam analisis teknikal, yang membantu trader dan investor dalam mengenali tren, kondisi pasar, dan titik masuk atau keluar yang potensial. Kombinasi berbagai indikator ini dengan analisis lainnya dapat membantu dalam pengambilan keputusan investasi yang lebih baik. Namun, selalu ingat bahwa indikator ini bukanlah jaminan pasti, dan keputusan perdagangan harus selalu diiringi oleh manajemen risiko yang bijaksana.

Disclaimer: Informasi terkait yang dikemukakan oleh Kepoin Trading berasal dari berbagai sumber terpercaya dan aktual. Semua informasi dan data yang dipakai dalam website ini, bukanlah merupakan anjuran / rekomendasi untuk membeli / menjual instrumen forex, saham, kripto ataupun komoditas. Kami tidak bertanggung jawab atas tingkat akurasi dan kerugian dan penyalahgunaan informasi yang telah disajikan. Semua saran dan transaksi tidak mengikat.

  • Related Posts

    Pengaruh Kebijakan Bank Sentral dalam Dunia Trading

    PendahuluanBank sentral memainkan peran vital dalam menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan suatu negara. Melalui kebijakan moneter yang mencakup pengaturan suku bunga, operasi pasar terbuka, hingga intervensi nilai tukar, bank sentral…

    Continue reading
    ADP Employment Change vs Non-Farm Payroll: Perbedaan Data Tenaga Kerja yang Trader Harus Ketahui

    PendahuluanDalam dunia ekonomi dan keuangan, data ketenagakerjaan merupakan salah satu indikator utama yang diperhatikan oleh pelaku pasar, investor, dan pembuat kebijakan. Di Amerika Serikat, ada dua laporan penting yang secara…

    Continue reading

    You Missed

    Market Outlook 2025: Tantangan dan Peluang di Era Proteksionisme

    Market Outlook 2025: Tantangan dan Peluang di Era Proteksionisme

    Inflasi, Perang, dan Perubahan Kepemimpinan: Kisah Dunia di Tahun 2024

    • By Fadhil
    • December 31, 2024
    • 21 views
    Inflasi, Perang, dan Perubahan Kepemimpinan: Kisah Dunia di Tahun 2024

    Saham Asia Bergerak Naik di Tengah Pekan Perdagangan yang Sepi

    • By Fadhil
    • December 24, 2024
    • 26 views
    Saham Asia Bergerak Naik di Tengah Pekan Perdagangan yang Sepi

    Bitcoin Menguat Berkat Wacana Trump, Tantangan Regulasi Menanti

    • By Fadhil
    • December 17, 2024
    • 50 views
    Bitcoin Menguat Berkat Wacana Trump, Tantangan Regulasi Menanti

    Peluang Bullish DJIA Menuju 45,700 di Tengah Ancaman Breakdown Support

    Peluang Bullish DJIA Menuju 45,700 di Tengah Ancaman Breakdown Support

    Pasar Saham Tertahan Menjelang Pertemuan Federal Reserve Terakhir Tahun Ini

    Pasar Saham Tertahan Menjelang Pertemuan Federal Reserve Terakhir Tahun Ini