Harga emas melanjutkan penguatannya pada hari kedua berturut-turut, diperdagangkan lebih tinggi di sekitar $1,920 per ons troi selama sesi Asia pada hari Jumat. Harga logam kuning ini mengalami dukungan kecil karena koreksi dalam Dolar Amerika Serikat (USD) setelah tiga hari kemenangan berturut-turut, yang mungkin dapat diatribusikan pada koreksi imbal hasil obligasi Amerika Serikat (US Treasury yields). Imbal hasil obligasi AS 10 tahun turun menjadi 4,22%, turun 1,36% dalam dua hari.
Indeks Dolar Amerika Serikat (DXY), yang mengukur kinerja Dolar Amerika Serikat terhadap enam mata uang utama lainnya, diperdagangkan di sekitar 104,90, di bawah level tertinggi sejak April. Indeks ini terus menerima kabar baik seputar kondisi ekonomi Amerika Serikat.
Data Amerika Serikat (AS) yang dirilis pada hari Kamis menunjukkan Klaim Pengangguran Awal AS per 1 September mencapai 216 ribu, lebih rendah dari angka sebelumnya sebesar 229 ribu. Data ini diharapkan akan naik menjadi 234 ribu. Sementara Biaya Tenaga Kerja Unit AS (Q2) naik menjadi 2,2% dari sebelumnya sebesar 1,6%, yang diharapkan tetap konsisten.
Kekuatan Dolar Amerika Serikat (USD) akhir-akhir ini tampaknya didasarkan pada meningkatnya keyakinan investor terhadap pendekatan yang lebih hawkish dari Federal Reserve Amerika Serikat (Fed). Para pelaku pasar nampaknya memasukkan kemungkinan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) selama pertemuan Fed pada November dan Desember, serta kemungkinan Fed mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. Skenario ini berpotensi membatasi kenaikan harga emas.
Kepercayaan investor tetap terbatas, terutama disebabkan oleh kekhawatiran yang berkelanjutan terhadap kondisi ekonomi yang memburuk di China dan ketegangan perdagangan yang berlanjut antara China dan Amerika Serikat (AS). Risiko-risiko ini, terkait dengan kesehatan ekonomi China dan hubungan perdagangan, memiliki potensi untuk menekan permintaan akan logam mulia.
Namun, perlu dicatat bahwa China telah menerapkan serangkaian langkah kebijakan dalam waktu dekat untuk menghidupkan kembali ekonominya yang sedang berjuang, terutama setelah pemulihan pasca-pandemi mengalami penurunan tajam. Selain itu, lebih banyak tindakan kebijakan diharapkan dalam waktu dekat.
Selain itu, KTT pemimpin G20 dijadwalkan akan dimulai di New Delhi pada hari Sabtu ini. Patut dicatat bahwa Presiden AS Joe Biden akan hadir, sementara Presiden Tiongkok Xi Jinping tidak akan hadir, yang lebih memperburuk hubungan yang sudah rapuh antara kedua kekuatan besar ini.
Ketika tidak ada rilis ekonomi signifikan pada akhir hari, para trader kemungkinan akan memperhatikan pidato-pidato berikutnya dari anggota Fed.
Sumber: Diambil dari berbagai sumber.
Tertarik trading Gold, yuk Pilih Broker
Disclaimer: Informasi terkait yang dikemukakan oleh Kepoin Trading berasal dari berbagai sumber terpercaya dan aktual. Semua informasi dan data yang dipakai dalam website ini, bukanlah merupakan anjuran / rekomendasi untuk membeli / menjual instrumen forex, saham, kripto ataupun komoditas. Kami tidak bertanggung jawab atas tingkat akurasi dan kerugian dan penyalahgunaan informasi yang telah disajikan. Semua saran dan transaksi tidak mengikat.